Selasa, 25 Agustus 2009

lagu d'masiv nyontek band luar negeri ?

Memang benar semakin tinggi pohon tumbuh akan semakin kencang angin yang menerpa. Band tanah air, d Masiv, yang namanya semakin dikenal di ranah musik Indonesia akhirnya mendapatkan pengalaman tersebut.
Lagu-lagu mereka yang sedang populer sekarang ini kabarnya dituding sebagai lagu jiplakan. Disinggung soal ini, d Masiv yang ditemui selepas syuting di Studio Penta, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (07/01) dini hari tadi mengaku tidak terlalu tertekan menghadapi tudingan semacam itu.
"Bagi kami, plagiat itu sah-sah aja. Apalagi karena kita lagi disorot. Basic-nya delapan lagu tersebut terinspirasi dari ngedengerin band-band Barat sehingga terciptalah lagu-lagu itu," ungkap Ryan, vokalis d Masiv.
"Kita tetep akan jalan meski dibilang niru. Dan biarin apa adanya, kritikan selalu kita terima dan tidak membuat kita drop. Kita akan tetap berkarya ke depannya akan lebih baik. Kita harus introspeksi. Yang pasti akan tetap d Masiv banget," tambahnya.
Lagu-lagu d Masiv yang dituduh menjiplak itu sendiri ada delapan lagu dari album pertama mereka, di antaranya Tak Pernah Rela yang dianggap meniru lagu Is It Any Wonder milik Keane dan Cinta Ini Membunuhku yang dianggap meniru lagu I Don't Love You Like I Loved You Yesterday milik My Chemical Romance.
Walau begitu, Ryan mengaku bahwa dukungan penggemarnya tetap mengalir untuk mereka. "Fans tetap kasih support dan kita akan tetap berkarya," pungkasnya.
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 23:12 0 komentar

Ayu HAstari sudah memperkenalkan Ryan d'Masiv pada kedua orangtuanya ?


Presenter MAK COMBLANG yang juga aktif jadi pembawa acara INBOX, Ayu Astari, mengaku amat senang bisa jadi teman dekat pentolan d Masiv, Ryan. Dia bahkan sudah mengenalkan vokalis band yang sedang naik daun itu pada kedua orang tuanya.
"Pertama kali kenal Ryan itu waktu di Jogja waktu syuting INBOX. Dulunya aku nggak tahu d Masiv kayak apa ya. Apa bandnya itu bagus, ntar bandnya kacangan. Tapi banyak temen-temen yang bilang lagunya bagus, banyak yang suka. Akhirnya aku cobain denger lagunya, asyik juga. Setelah itu kenalan, tukeran nomer HP, trus sampe sekarang saling curhat," tuturnya mengenai asal mula kedekatannya ini.
Dara cantik ini mengungkapkan bahwa kesopanan Ryan-lah yang membuatnya menjadi suka pada cowok itu. Ayu juga tak menampik jika dia berharap kedekatannya bisa berjalan ke arah yang lebih lanjut.
"Jadian sih belum, sejauh ini masih temen curhat. Ya kalau jalannya ke sana ya syukur," tuturnya saat ditemui di tempat syuting MAK COMBLANG, di daerah Fatmawati, Jaksel, Minggu (18/01). "Ryan udah pernah kukenalin sama orang tua. Waktu itu mau bikin demo, trus mampir ke rumah, sekalian aja aku kenalin."
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 23:08 0 komentar

Ngamen untuk biaya ngeband

Inilah salah satu band baru yang sedang naik daun. Berformasi Rian, Kiki, Rama, Wahyu , dan Rai, D’Masiv cukup matang di arena festival band. Meski untuk itu, band yang lahir pada 3-3-2003 ini harus banting tulang mencari uang pendaftaran. Kini mereka telah memetik hasilnya, tekad yang kuat bisa menyingkirkan segala rintangan.
Awalnya nama band kami bernama Massive, karena artinya sesuatu yang besar. Nama juga kan, sebuah doa. Dari awal berdiri, kami langsung bergerilya dari satu festival musik ke festival musik lainnya. Ini dilakukan untuk mengasah kemampuan, sekaligus mengenalkan band pada khalayak musik. Saking seriusnya bermusik, kami membuat target, seminggu paling sedikit ikut 1 festival.
Untuk biaya pendaftaran, tentu saja kami patungan. Tapi, kalau semua personil sedang tak punya uang, kami pun tak segan-segan mengamen naik turun bis kota. Metromini jurusan Ciledug-Blok M adalah bis langganan kami. Mulanya deg-degan juga. Paling grogi saat harus bicara pada para penumpang bis, sebelum mulai beraksi.
Saking seringnya ikut festival, kami kerap bolos sekolah. Mulanya, pihak sekolah mempertanyakan. Tapi setelah tahu kegiatan kami positif, akhirnya kami diizinkan tak masuk kelas tiap ada festival. Kadang, untuk 1 festival, kami bolos sampai 2 hari.
Tak hanya pihak sekolah yang mulanya kurang menunjukkan dukungan. Orangtua kami pun mulanya merasa ragu. Apalagi saat kami mulai menunjukkan keseriusan di musik dan memilih tak melanjutkan kuliah dulu. Di mata orangtua, dunia musik tak menjanjikan masa depan yang cerah.
Padahal, bakat seni yang mengalir di diri kami, mereka yang wariskan, lo. Misalnya saja Rian yang bernama asli Rian Ekky Pradipta. Sejak kecil Rian yang kelahiran 17 November 1986 ini sudah dicekoki musik oleh Ayahnya yang adalah pemusik.
Dari umur 3 tahun, Rian sudah sering dibawa naik-turun panggung. Kala itu, Rian kecil yang cengeng dan sangat takut pada tikus, tak canggung melompat-lompat di atas panggung mengikuti musik rock ‘n rol yang dibawakan sang Ayah yang sering manggung di berbagai kafe.
Suara emas Rian pun sudah terlihat sejak usia dini. Meski kemampuan menyanyinya baru diakui setelah duduk di bangku SMP, tapi dari kecil Rian kerap memenangi lomba Adzan dan lomba baca Al Quran, selain juga berprestasi di bidang akademis.
Melebihi sang kakak, Rian, prestasi Kiki di bidang akademis luar biasa menonjol. Sedari kecil, Kiki yang punya nama lengkap Dwikky Aditya Marsall ini dikenal sebagai anak pandai yang pendiam. Dari usia TK, Kiki selalu menuai pujian para guru. Kiki selalu mendapat rangking 1. Saking pintarnya, Kiki sampai-sampai pernah mendapat beasiswa dan ditawari untuk loncat kelas.
Namun soal musik, Kiki kecil kalah dibanding sang kakak. Kala itu bakat musik Kiki memang belum terlihat. Tapi tak berarti Kiki tak punya kiprah sama sekali. Selain sempat merasakan jadi juara lomba Adzan, Kiki yang kelahiran Yogyakarta, 21 November 1988 ini pun pernah bergabung dengan grup qasidah di sekolahnya.
Koki Ngeband
Bakat musik yang besar dari usia dini justru ditunjukkan oleh Nurul Damar Ramadhan alias Rama. Dari kelas 3 SD, Rama sudah tergila-gila pada musik. Sang kakak tertualah yang mengenalkan Rama pada dunia satu ini. Selain mengajari main musik, sang kakak juga sering mengajak Rama kecil menonton konser grup band besar seperti Gigi dan Slank.
Karena dasarnya memang berbakat, sejak kelas 4 SD, Rama sudah diterima bergabung dalam grup band yang personilnya sudah duduk di bangku SMA dan kuliah. Melihat keseriusan Rama, orang tuanya pun memberi izin. Apalagi, sejak kecil Rama adalah anak yang baik dan penurut.
Saking baiknya, Rama jarang sekali menyusahkan orang tuanya. Kalau ingin membeli sesuatu, Rama yang lahir di Jakarta, 2 Mei 1987 ini memilih menabung uang jajannya. Jika telah lama menabung tapi uang yang terkumpul belum cukup, baru deh, Rama minta bantuan orangtuanya. Tak hanya jadi anak baik di rumah, di sekolah pun Rama jadi tauladan berkat prestasi akademis dan kegiatannya di pramuka.
Sementara Wahyu alias Wahyu Piaji, terkenal pemalu dan pendiam sedari kecil. Wahyu bocah amat jarang bergaul. Teman bermainnya bisa dihitung dengan jari. Di dalam kelas, paling Wahyu ngobrol dengan teman sebangkunya saja. Hal ini terus berlanjut hingga SMP, bahkan SMA. Berantem atau tawuran, tak ada dalam kamus pria kelahiran 1 Februari 1987 ini. Tapi jangan tanya bakat musiknya. Kelas 6 SD Wahyu sudah bergabung dengan sebuah band.
Nah, di antara 5 personil Massive, Rayyi Kurniawan lah yang bakat musiknya paling akhir muncul. Rai kecil lebih tertarik dengan olahraga beladiri daripada berkesenian. Mengikuti jejak sang kakak, Rai aktif di pencak silat. Rai yang kelahiran Jakarta, 3 Maret 1988 ini adalah bocah yang ambisius. Kalau melihat anak tetangga punya mobil-mobilan baru, Rai akan menuntut yang lebih bagus pada orang tuanya. Kalau tak dikabulkan, Rai akan ngambek.
Di bangku SMP, Rai mulai nakal. Selain suka bolos dan memintai uang teman-temannya, Rai juga sering berantem, bahkan ikut tawuran. Lucunya, kenakalan Rai berakhir gara-gara ia terdampar di sekolah pariwisata, setelah lulus SMP. Menyimpang dari musik, Ray malah mengambil jurusan masak alias koki.
Banci Tampil
Demikianlah bakat-bakat otodidak bergabung di bawah bendera Massive. Jika banyak anak muda ngeband hanya karena iseng atau keren-kerenan, Massive tidak. Terbukti, setiap kali manggung atau ikut festival, Massive selalu membawakan lagu sendiri. Memang, sejak di bangku SMP, Rian sudah sering mencipta lagu.
Tapi kelebihan satu ini tak serta merta membawa Massive menjadi juara di tiap festival. Namanya juga anak baru, awalnya Massive lebih sering kalah daripada menang. Malah, pernah Massive menanggung malu gara-gara saat tampil di panggung, masing-masing personil memainkan alat musik di kunci yang berbeda.
Satu yang pasti, setiap mengikuti festival, Massive selalu serius. Tak ada kata main-main. Maklum, kalau menang, selain dapat piala, biasanya juga ada hadiah uang. Dari uang hadiah inilah Massive bisa menyambung nafas di dunia musik. Tapi tak semua festival memberi hadiah dalam jumlah besar, lo.
Pertama kali menang, Massive hanya mengantongi uang 300 ribu rupiah. Itu pun harus dibagi berlima. Seiring berjalannya waktu, nama Massive mulai disegani di jalur festival. Massive pun mulai berani menjajal festival yang menjanjikan hadiah lumayan, berkisar di angka jutaan. Meski begitu, Massive tak lantas pilih-pilih. Kecil atau besar, festival 17 Agustus-an tingkat RT hingga festival kelas nasional, semua diikuti. Selain mengejar hadiah, kami memang tergila-gila naik panggung. Istilahnya “banci tampil”.
Bahkan, saking senangnya jadi pusat perhatian, setiap ada kegiatan di lingkungan sekitar, Massive pasti menawarkan diri. Manggung di acara sunatan, sampai jadi band kawinan pun dijalani. Kami memang sangat menikmati setiap detik beraksi di atas panggung. Seminggu tak naik panggung, rasanya bete setengah mati.
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 23:02 0 komentar

Masivers (Fansnya d'Masiv)

Ketenaran seorang bintang atau musisi, yang sebenarnya tak dapat lepas dari penggemar. Hal serupa yang nampaknya jadi pemikiran grup band d Masiv hingga mereka membentuk fans club demi menyatukan penggemar mereka. Grup band yang digawangi Rian (vokal), Kiki (gitar), Rama (gitar), Why (drum), dan Rai (bass) ini hari Minggu (29/06/08) launching fans club mereka di Blok M Plaza. Fans club baru ini diberi nama Masiver.
Menurut vokalis grup ini, pembentukan fans club ini untuk menanggapi respon para penggemar yang antusias dengan keberadaan mereka. Walau diakui, masih penggemar Jakarta yang paling heboh menyambut mereka, tapi fans di daerah lain pun tak kalah antusiasnya. “Fans bagi kita bagaikan jantung, tanpa mereka kita bukan apa-apa. Sejauh ini masih Jakarta, yang responnya paling meriah. Tapi selama kita manggung di kota-kota lain, respon mereka sangat antusias. Ini merupakan kemajuan yang sangat cepat buat d Masiv. Karena baru beberapa bulan kita merilis album,” ungkapnya.
Mengingat umur mereka yang masih terbilang muda di belantika musik tanah air, tentu saja tanggapan antusias ini membuat grup ini patut berbangga diri. “Respon seperti ini suatu kebanggaan buat kami. Kami berharap dengan adanya fans club Masiver, kita lebih dekat dengan penggemar. Dan tidak ada lagi batasan antara kota dengan fans,” tambah Rian mewakili teman-temannya.
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 23:01 0 komentar

d'Masiv

Setelah mondar-mandir ke berbagai perusahaan rekaman, akhirnya D’Masiv menemukan jalan menuju tenar.
Selain bergerilya mengikuti berbagai festival, Massive juga menjalani apa yang dijalani banyak band-band baru yang ingin menggapai dapur rekaman. Yaitu membuat demo tape dan mengirimkannya ke berbagai label rekaman besar. Namun nasib baik belum berpihak pada kami. Tak satupun demo yang kami kirim mendapat tanggapan memadai.
Karena tak kunjung menuai hasil, suatu hari kami bertindak nekat. Rian dan Rai mendatangi rumah Jan Djuhana, bos SONY BMG, yang juga dikenal melahirkan banyak penyanyi dan band top. Alamatnya kami dapatkan dari salah seorang saudara dekat. Pagi-pagi sekali, tepatnya jam 6, kami sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah Pak Jan. Kami takut kalau kesiangan, Pak Jan yang orang sibuk itu sudah berangkat kerja.
Setelah menunggu lama, barulah kami bisa bertemu Pak Jan. Kala itu Pak Jan muncul dengan celana pendek dan wajah mengantuk. Begitu tahu kami hanya mau mengantarkan demo tape, Pak Jan terlihat terganggu. Dengan tegas beliau menyuruh kami mengirimkan saja demo tape tersebut ke kantornya. Gagal sudah impian kami bergabung dengan label besar.
FESTIFAL PEMBUKA JALAN
Tahun 2006, Massive akhirnya meraih apa yang dicita-citakan semua grup band di dunia ini, yakni punya album sendiri. Album perdana Massive ini diluncurkan lewat jalur independen. Ceritanya, saat mengikuti sebuah festival, kami didatangi seseorang yang tertarik untuk membiayai pembuatan album. Sayangnya, album Menuju Nirwana ini enggak laku di pasaran. Promosinya memang nyaris tidak ada.
Punya album sendiri, nasib Massive bukannya membaik, malah jadi terpuruk. Kami tak bisa lagi ikut festival, karena hampir semua festival tak mau menerima peserta yang sudah menelurkan album. Hampir 6 bulan hidup kami sepi tanpa kegiatan musik yang berarti. Alhasil keuangan pun jadi kembang-kempis. Padahal, saat aktif ikut festival, pendapatan kami cukup lumayan.
Yang sulit, saat itu kami sudah tak berani lagi minta uang pada orangtua. Malu! Sebab, setamat SMA kami tak melanjutkan ke bangku kuliah, karena ingin serius dan konsentrasi di musik.
Tentu saja keputusan tak kuliah itu kurang direstui orangtua kami. Kami sih, maklum. Orangtua mana sih, yang tak berharap anaknya bisa sekolah lebih tinggi dari mereka?
Pada masa itu, kami benar-benar down dan nyaris menyerah. Untungnya di awal 2007 kami mendengar tentang sebuah festival besar berskala nasional, A Mild Live Wanted, The Next Rising Star. Hadiahnya benar-benar menggiurkan, uang 50 juta rupiah, mobil, dan yang paling kami incar: kontrak rekaman dengan sebuah label besar, Musica.
Layaknya ikut sebuah festival, kami mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Walau tak punya feeling akan menang atau kalah, tapi saat itu kami sadar bahwa ini adalah kesempatan yang langka. Pertama-tama, kami mendaftar dan ikut seleksi CD demo. Lolos dari seleksi CD, kami bertarung dengan 10 band ibukota untuk jadi pemenang regional. Alhamulillah di tingkat Jabodetabek ini kami nomer satu.
Dari sini, kami masih harus bersaing untuk tingkat nasional. Awalnya kami tak yakin bakal menang. Sebab band-band saingan semuanya bagus. Kemampuan bermusik merata dan masing-masing punya karakter khas. Tapi ternyata Tuhan melihat perjuangan dan kesungguhan kami. Massive pun akhirnya memenangkan pertarungan dan jadi juara 1 nasional.
LAGU LIMA MENIT
Menang di A Mild Live Wanted, jalan kami pun terbuka lebar. Bahagia dan bangga membuncah di dada. Setelah rekaman untuk album kompilasi, kami pun mulai serius menggarap album perdana Massive. Yang jadi masalah, nama Massive ternyata sudah ada yang punya. Pihak Musica pun menyarankan kami merubah nama. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kami sepakat berganti nama menjadi D’Masiv.
Enam bulan berjibaku di dapur rekaman, akhirnya Februari 2008 D’Masiv pun meluncurkan album full dengan tajuk Perubahan. Mengapa kami menamai album ini Perubahan? Karena itu adalah gambaran yang paling nyata dari kondisi kami pasca bergabung dengan label besar. Tak hanya berubah nama, kami juga mengubah aliran musik yang tadinya rock progressive menjadi lebih slow dan pop. Bahkan, kami juga bersedia lho, mengubah penampilan jadi lebih modis lagi. Hahaha.
Ya, kami memang sangat bersemangat mengerjakan album perdana ini. Saking semangatnya, sampai-sampai kami menyetor 30 lagu untuk dipilih label. Banyak, kan? Setelah diseleksi oleh produser, jadilah kami merekam 12 lagu untuk album ini. Kebanyakan lagu adalah ciptaan Rian. Selain itu, ada beberapa nomer milik Rama. Tapi untuk aransemen musik, kami menciptakannya bersama-sama.
Untuk single pertama, Bu Acin (Indrawati Widjaja), bos Musica, memilih lagu Cinta Ini Membunuhku. Awalnya kami sempat kaget Bu Acin mengandalkan lagu ini. Tapi terbukti telinga dan feeling beliau memang oke. Buktinya lagu inilah yang mengantarkan D’Masiv hingga dikenal di seantero nusantara.
Katanya sih, lagu ini adalah lagu yang beberapa bulan terakhir, paling sering di putar dan menduduki peringkat teratas tangga lagu di radio. Selain itu, Cinta Ini Membunuhku juga jadi top download hampir di semua operator seluler, sebagai ring back tone.
Sukses ini benar-benar di luar dugaan kami. Apalagi lagu Cinta Ini Membunuhku adalah lagu lama yang diciptakan Rian saat masih duduk di bangku SMU. Saat itu Rian naksir berat dengan seorang cewek. Sang cewek tahu kalau Rian suka, dan tak pernah menjauh. Tapi, setiap kali Rian nembak cewek tersebut, selalu ditolak. Perasaan kecewa dan frustasinya dituangkan Rian dalam sebuah lagu. Tak butuh waktu lama bagi Rian menciptakan Cinta Ini Membunuhku. Hanya 5 menit.
REZEKI PENGAMEN
Berkat single Cinta Ini Membunuhku, nama D’Masiv kini mulai disejajarkan dengan band-band papan atas Indonesia. Ya, kata orang, lagu itu sangat catchy. Rian memang jago mencipta lagu. Begitupula Rama. Resepnya? Sederhana saja. Buatlah lagu berdasarkan pengalaman atau hal yang pernah dirasakan. Sebab, jika lagu itu tentang perasaan, biasanya gampang sampai ke hati yang mendengar.
Selain lirik lagu yang lugas dan langsung ke sasaran, D’Masiv juga punya beberapa kelebihan lain yang menonjol dibanding band lain. Vokalis kami Rian, warna vokalnya beda banget dari yang lain. Sangat khas. Selain itu, musik D’Masiv juga sangat fresh. Kami mencampur aransemen musik daerah ke dalam lagu-lagu kami yang modern.
Sukses besar ini, otomatis merubah drastis hidup kami. Awalnya terasa agak janggal menjadi orang terkenal. Kemanapun pergi, kami tak bisa lagi sebebas dulu. Sebab, orang-orang di jalanan sudah mulai mengenali dan memperhatikan kami. Dimintai tanda tangan dan diajak foto bareng juga terasa berkesan bagi kami. Artinya masyarakat memang bisa menerima kehadiran kami.
Tapi di atas itu semua, hal yang terasa paling luar biasa adalah saat mendengar orang menyetel lagu kami di rumahnya, atau saat melihat orang menyanyikan lagu kami di jalanan. Contohnya pengalaman Rian saat suatu pagi ada seorang pengamen yang menyanyi di depan rumahnya. Sang pengamen membawakan lagu Cinta Ini Membunuhku.
Saat Rian menghampiri untuk memberikan uang, sang pengamen kaget bukan kepalang. Rian hanya tersenyum sambil berpesan, ‘Bawain lagu itu terus, ya!’ Sang pengamen pun mengangguk sambil ngibrit. Bagi Rian pengalaman itu terasa lucu sekaligus mengharukan. Karyanya tak hanya mendatangkan kebahagiaan & rezeki untuk ia dan bandnya, tapi juga untuk orang lain.
MENLENGKAPI “SENJATA PERANG”
Meski tak menduga bisa secepat ini, tapi tentu saja kami amat bangga dan bahagia dengan apa yang sudah dicapai D’Masiv. Dan untuk semua sukses ini, kami tentu mengucap syukur yang tiada henti. Selain itu kami pun menyadari, apa yang kami raih adalah bukan hanya faktor kerja keras kami saja, tetapi juga didukung berbagai faktor. Alhamdulillah kami berada di bawah label yang bagus, dibantu oleh promosi yang gencar, dan disokong oleh tim manajemen yang baik.
Saat ini, jadwal D’Masiv memang sangat padat. Dalam sebulan, nyaris tidak ada hari libur. Kalaupun sedang tidak manggung, ada saja kesibukan yang menanti. Wawancara radio, jumpa fans, rapat dengan manajemen, pemotretan majalah, dan lain sebagainya. Capek? Tentu saja. Tapi semuanya kami syukuri dan nikmati. Ini semua adalah konsekuensi dari apa yang kami cita-citakan selama ini.
Tapi satu yang pasti, popularitas yang kami capai, tak merubah gaya hidup kami. Sampai saat ini kami masih tinggal di rumah orangtua masing-masing. Setiap ada waktu senggang, kami habiskan beristirahat di rumah. Penghasilan yang kami dapat pun tak dibelanjakan macam-macam, melainkan peralatan band. Maklum saja, selama ini kami kan, belum punya alat sendiri. Jadi istilahnya saat ini kami sibuk melengkapi senjata perang.
Nanti, jika peralatan sudah lengkap, maka honor yang masuk akan kami tabung. Masing-masing kami punya impian serupa, ingin membelikan orang tua kami rumah. Tapi, cita-cita kami yang terbesar masihlah sama seperti dulu, D’Masiv bisa jadi band yang besar dan terus menghibur pecinta musik Indonesia. Tapi khusus Kiki dan Rama, selain bermusik juga masih menyimpan keinginan untuk kuliah lagi.
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 22:59 2 komentar

tentang d'Masiv


Personil D'Masiv :
- Rian Ekky Pradipta a.k.a Rian
(Vokal)
Lahir di Jogjakarta,17 November
1986
- Dwikky Aditya Marsall a.k.a
Kiki (Lead Guitar)
Lahir Di Jogjakarta,23 November
1988
- Nurul Damar Ramadhan a.k.a Rama
(Guitar)
Lahir Di Jakarta,2 Mei 1987
- Rayyi Kurniawan I.D. a.k.a Ray
(Rhytm Guitar/Bass)
Lahir Di Jakarta 3 Maret 1988
- Wahyu Piadji a.k.a Why
(Drum)
Lahir Di Jakarta,1 Februari 1987

Setelah lama berdirinya d’Masiv Akhirnya Karir d’Masiv membuahkan hasil.Dengan d’Masiv memutuskan mengikuti ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Deteksi Prod, disponsori oleh A mild (Sampoerna), dan didukung oleh Musica Studio yang dinamakan A Mild Live Wanted. Alhamdulillah d'Masiv berhasil menjadi 1st Winner dari A Mild Live Wanted Rising Star ., d'Masiv telah Mengeluarkan album PerdanaNya yg bertitle PERUBAHAN with hits single 'CINTA INI MEMBUNUHKU,”DIANTARA KALIAN”,DIAM TANPA KATA”,dsb.sebagai hadiah utama dr memenangkan ajang A Mild Live Wanted ini. Semoga Dengan Adanya d’Masiv
Yang telah berkancah di musik Indonesia bisa tetap xsis terus dan musiknya dapat diterima oleh seluruh kalangan dan golongan di dunia universal Amin Ya Robbal Alamin.
Diposkan oleh Resi Nurhadi di 22:56 0 komentar

Personil d'masiv band

d'Masiv aRe :
Rian ---------- VoKaL
KiKi ---------- Lead GuiTar
Rama ---------- Ryhtme guiTar
RaY ---------- bass
wHy ---------- DrUm
Robby---------- Add. Keyboard

Dihujat, d Masiv Justru Berterima Kasih


Kapanlagi.com - Bukan pertama kalinya, jika lagu yang dipopulerkan oleh d Masiv dituduh menjiplak karya musisi luar negeri. Dan kali ini suara sumbang tersebut menyebutkan bahwa Ryan dkk menjiplak karya Muse yang bertitel Falling Away From You dalam karya terbaru mereka, Jangan Menyerah. Apa pendapat mereka?"Ya kita sih setiap berkarya mengalir apa adanya, mencurahkan apa yang kita punya, ya ini sebuah proses aja yang harus kita lalui, dicela, diejek ya tapi kita tetep terima kasih atas orang-orang yang sering menghujat kita, karena itu justru membuat kita tidak menjadi sombong," ujar Ryan sang vokalis.
Ditemui KapanLagi.com di Viky Sianipar Music Center, Minangkabau, Manggarai Jakarta Selatan, milik komponis asal Batak Viky Sianipar, Rabu (22/7), Ryan secara gamblang menjelaskan jika ide awal untuk lagu dalam mini album terbaru bandnya tersebut, justru dari seorang anak, yang merupakan pasien RS Kanker Darmais.
"Ya lagu Jangan Menyerah itu tercipta saat kita manggung di RS Kanker Darmais, dan di situ gua ngeliat satu anak yang bernama Restu yang kondisinya kurang baik, tapi dia selalu tersenyum gembira di balik kondisinya itu," terangnya.
"Nah sampai di rumah, gua ambil gitar, gua coba bikin lagu dan ternyata sekitar 3 menitlah lagu itu jadi. Ya akhirnya berkat Restu lagu ini tercipta," tambahnya.
Sementara itu, dalam acara yang digelar oleh I-Radio dan Trax Fm tersebut, sang anak yang menjadi inspirasi Ryan dkk juga turut hadir di tengah-tengah anak-anak jalanan, dan anak-anak penderita kanker dari Yayasan Onkologi.   (kpl/hen/bar)
Lihat profil: d Masiv, Ryan d Masiv
Komentar : 0 komentar
Diposting oleh: Editor | Kamis, 23-07-2009 |

d Masiv Cuek Dibilang Plagiat


Kapanlagi.com - Menjadi terkenal dan sukses terkadang juga bisa menimbulkan kontroversi, demikian halnya dengan d Masiv yang kerap kali mendapatkan tuduhan plagiat dalam setiap karyanya. Namun menurut sang frontman, Ryan, itu semua hanyalah angin lalu. "Yah itu kerjaan orang yang nggak ada karyanya, ya biarkan saja itu pendapat orang lain, yang penting kita buat apa adanya dan selalu berkarya, karena kita pingin lagu-lagu kita itu menjadi inspirasi untuk orang lain," ujar Ryan.
Ditemui KapanLagi.com di Viky Sianipar Music Center, Minangkabau, Manggarai Jakarta Selatan, milik komponis asal Batak Viky Sianipar, Rabu (22/7), Ryan kembali menegaskan, jika lagunya yang dituduh menjiplak, sebenarnya merupakan lagu yang diharapkannya menginspirasi banyak orang.
"Apalagi Jakarta habis di bom, lagu ini juga bisa jadi semangat untuk masyarakat Jakarta khususnya supaya tidak menyerah, jadi sangat disayangkan dan aneh banget, kalau lagu ini disamakan dengan yang lain, padahal saya terinspirasi sama Restu bukan yang lain," papar Ryan, seraya menyinggung nama Restu, seorang anak penderita kanker yang menjadi inspirasinya mencipta lagu Jangan Menyerah.  (kpl/hen/bar)
Lihat profil: d Masiv, Ryan d Masiv
Komentar : 1 komentar
Diposting oleh: Editor | Kamis, 23-07-2009 |

d Masiv Hibur Anak Jalanan dan Penderita Kanker


Kapanlagi.com - Sebagai band yang tengah mengarungi popularitas dan kesuksesan, d Masiv ternyata tak lupa untuk melakukan kegiatan yang erat kaitannya dengan membantu sesama. Band yang dimotori oleh Ryan tersebut, bahkan rela menyisipkan jadwal menghibur anak-anak jalanan dan penderita kanker, di tengah padatnya jadwal manggung mereka."Kita menghibur anak-anak jalanan dan anak-anak dari Yayasan Onkologi Indonesia, ya kebetulan kita baru mengeluarkan album special edition, jadi ini sangat spesial buat kita," ujar Ryan.
Ditemui KapanLagi.com di Viky Sianipar Music Center, milik komponis asal Batak Viky Sianipar, Rabu (22/7), d Masiv merupakan bintang yang memang didapuk oleh I-Radio dan Trax Fm dalam gelaran acara INTRO d Masiv Special Edition Jangan Menyerah.
Kebetulan, band pemenang gelaran A Mild Live Wanted tersebut memang baru saja merilis mini album yang berisikan dua lagu baru, Jangan Menyerah dan Mohon Ampuni Aku. Sementara menurut Ryan, ide acara datang dari tema lagu Jangan Menyerah yang berisikan ajakan untuk tetap bersemangat, meski keadaan kurang menyenangkan.
"Ya ini ide kita sendiri, pengen buat acara yang beda apalagi lagu terbaru kita ini untuk mengajak orang bersemangat, jangan menyerah," tandasnya.   (kpl/hen/bar)
Lihat profil: d Masiv, Ryan d Masiv
Komentar : 1 komentar
Diposting oleh: Editor | Rabu, 22-07-2009 |

d Masiv Bertobat Lewat Lagu


Kapanlagi.com - Menciptakan lagu yang mampu menggugah semangat kemanusiaan tentu bukan perkara mudah. Butuh inspirasi yang kuat agar lirik dan musiknya bisa diterima masyarakat umum. Lantas bagaimana grup d Masiv bisa menulis lirik Mohon Ampun, yang memang mempunyai isi ketuhanan yang dalam?Ditemui di Only One Café Plaza FX Sudirman Jakarta Selatan, Rabu (15/7), Ryan mengatakan bahwa lagu yang dibawakannya merupakan ungkapan hati.
"Karena manusia itu sering bikin kesalahan, di saat kita berdoa ingat dengan kesalahan. Buat kita lagu ini bukan hanya untuk di bulan puasa saja, tapi di saat apapun karena kita mengingat Tuhan bisa kapanpun," jelasnya.
Sedangkan Wahyu ternyata memiliki pengalaman spiritual yang menurutnya sangat mengena di hatinya. "Waktu tahun 2006 aku pernah sakit. Ketika nonton TV tiba-tiba aku gak sadarkan diri. Dokter juga gak tahu penyakitnya apa. Dari situ aku sadar kalo aku lalai," jelasnya.
Karena itu, lewat lagu d Masiv bisa berbagi pengalaman. Jika lagu tersebut ternyata bisa membuat yang mendengar tergugah tentu akan lebih menyenangkan.
"Itu bonus bagi kami, jadi tidak sekedar menyukai lagunya. Tapi juga terpengaruh untuk menjadi lebih baik," tegas Ryan.   (kpl/gum/bun)
Lihat profil: d Masiv, Ryan d Masiv
Komentar : 2 komentar
Diposting oleh: Editor | Jumat, 17-07-2009 |

Karena Fans, d Masiv Kuat Hadapi Isu Plagiat


Kapanlagi.com - Isu yang berkembang di dunia maya tentang d Masiv yang disebut sebagai plagiat alias penjiplak, ternyata tidak membuat pemenang A Mild Live Wanted tersebut kalang kabut. Bahkan tuduhan tersebut membuat band yang terdiri atas Ryan Ekky Pradipta (vocal), Dwiki Aditya Marshall (Gitar), Nurul Damar Ramdhan (Gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (Bass), dan Wahyu Piadji (drum) tersebut bertambah solid.
"Hal itu kita anggap sebagai cobaan, agar kita jadi lebih kuat. Kalau ada hal kayak gitu berarti banyak orang yang perhatian sama kita," terang Ryan saat rilis album di d Masiv di Only One Café Plaza Fx Sudirman Jakarta Selatan, Rabu (15/7).
Dukungan dari Masivers (fans d Masiv, red), menurut pengakuan mereka semakin mampu membuat mereka tetap kuat dan kompak. Buktinya, saat launching, ada sekitar 50 Masivers yang datang memadati ruangan, meskipun tanpa diundang.
"Kalau ngomongin Masivers speechless ya, karena kita melihat mereka berkorban untuk d Masiv luar biasa. Kita suka ngomongin Masivers dari dalam mobil, 'Gila ya, mereka nungguin kita setiap manggung'," lanjut Ryan.
Senada dengan Ryan, Damar ternyata juga kehilangan kata-kata, dan hanya sanggup mengucapkan terima kasih, ketika dimintai pendapat tentang loyalitas Masivers.
"Saya cuma bisa bilang terima kasih kepada Masivers," ungkapnya. Sedangkan Kiki, mengucapkan terima kasih dengan terbata-bata, "Yang pasti terima kasih sebanyak-banyaknya buat Masivers."
Selain itu, sang penggebuk drum tak mau kalah untuk turut menuturkan hal yang sama. "Terima kasih buat kalian yang sudah setia dari d Masiv belum tenar sampai sekarang. Kita belum bisa kasih sesuatu, tapi kita berjanji akan lakukan sesuatu buat kalian," tegas Wahyu.         (kpl/gum/bar)

0 komentar:


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger